MENGENAL TUHAN
by IFUL (Adikku)
Pembahasan tentang tuhan telah mengundang banyak
perdebatan dikalangan yang mengatasnamakan dirinya sebagai pemikir. Diantara
mereka ada yang menyakini adanya tuhan, sementara yang lain mengingkariNya.
Masing- masing mereka memiliki argumentasi yang dibangun berdasarkan penalaran
yang dipandang logis. Sementara itu, ada juga kalangan yang meyakini tuhan
secara mentah- mentah dengan menghindari argumentasi aqliyyah dan mengutamakan taklid yang bersifat
naqliyyah. Pembahasan tentang tuhan memang sungguh sangat menentukan sikap dan
moral manusia. Bisa dikatakan dengan
pasti bahwa sikap orang yang meyakini tuhan akan berbeda dengan sikap orang
yang mengingkariNya. Orang yang menyakini tuhan tentu akan memandang bahwa
kehidupan dunia bukanlah satu- satunya dan nilai materi juga bukanlah satu-
satunya. Mereka mengenal nilai- nilai lain selain materi yaitu spiritual dan
kebaikan, mereka juga memiliki sandaran tempat mengembalikan masalah ketika
mereka bingung dan resah mencari solusi yang sulit didapat dari berbagai
masalah kehidupan yang pelit, sehingga mereka akan memiliki obat yang bisa
menenangkan jiwa. Mereka juga akan lebih mengenal kasih sayang, ketulusan dan
kesabaran.Hal ini berbeda dengan orang yang mengingkari tuhan, mereka hanya
mengenal nilai materi saja dan membangun segala aktivitasnya diatas asas
manfaat materi, karena itu mereka akan cenderung mengabaikan nilai kebaikan dan
kasih sayang karena tidak berdampak langsung kepada manfaat materi. Mereka
tidak mengenal rasa kepedulian kepada sesama, juga tidak mengenal ketulusan dan
kebaikan- kebaikan lainnya. Mereka juga tidak memiliki sandaran yang bisa
mengobati keresahan jiwa di saat mereka menghadapi masalah kehidupan yang
sangat pelit dan bahkan mungkin mengakhiri jiwa menjadi solusi ketika keresahan
sudah semakin manjadi- jadi.
Terlepas dari keyakinan siapakah yang benar, kita
harus jujur bahwa kehidupan manusia secara kolektif membutuhkan nilai-nilai
kebaikan seperti keadilan, kepedulian, kebijaksanaan, ketulusan dan lain- lain.
Anda pasti membutuhkan keadilan tatkala anda di pihak yang dizalimi, anda pasti
membutukan kepedulian tatkala anda susah, anda pasti membutuhkan kebijaksanaan
tatkala anda menghadapi hal sulit, begitu pula anda membutuhkan kebaikan-
kebaikan lain. Karena itu sangatlah mustahil untuk menafikan nilai- nilai
kebaikan dalam kehidupan manusia, sebab manusia membutuhkannya. Akan tetapi
perlu dipahami bahwa nilai- nilai kebaikan tadi sulit diwujudkan tanpa nilai
spiritual yang menyertainya, karena kita akan dihadapkan kepada satu pertanyaan
yaitu untuk apa saya peduli, bijaksana, tulus, adil dan berbuat baik kalau
semua itu tidak mendatangkan manfaat materi kepada saya?. Nah, disinilah
perlunya dan dibutuhkannya nilai spritual yang membangun nilai- nilai kebaikan
tersebut.
Karena kehidupan membutuhkan kebaikan dan kebaikan
hanya mungkin lestari dengan spiritual, maka kebaikan dan spiritual adalah
mutlak ada dalam kehidupan manusia. Bisa dikatakan bahwa pengingkaran terhadap
tuhan hanya akan membawa martabat manusia seperti binatang yang jauh dari
keharmonisan dan kasih sayang. Akibatnya manusia akan cenderung saling menindas
dan mengabaikan hak- hak sesama, karena yang penting adalah tercapainya manfaat
materi yang individualis. Hal ini secara historis terbukti ketika komunis yang
ateis menjadi ideologi sebuah negara yang saat itu berpusat di Rusia. Sejarah
mencatat bahwa saat itu banyak penindasan, pembunuhan, perampasan hak dan
kejahatan yang sangat tidak berprikemanusiaan yang dilakukan oleh negara. Bukan
saja di zaman komunis, pada saat sekarang pun keharmonisan kehidupan manusia
adalah barang langka yang sulit terwujud. Sikap individualis yang mengabaikan
hak dan kepentingan sesama sudah menjadi budaya, moral agung yang penuh kasih
sudah kehilangan tempatnya, budaya hedonis sudah mengakar hampir di setiap
lapisan masyarakat, pergaulan bebas bak binatang sudah menjadi hobi, kejujuran
dan amanah dianggap barang asing yang tidak laku lagi. Kesemua itu terjadi
karena tuhan sudah kehilangan tempat dihati manusia. Berdasarkan semua
penjelasan ini, dapat disimpulkan bahwa kehidupan yang baik membutuhkan tuhan,
sementara pengingkaran terhadapNya hanya akan menciptakan kehidupan yang buruk
dan mengerikan. Karena itu sebenarnya ide pengingkaran tuhan tidak relevan dan
tidak cocok untuk kehidupan manusia.
Itu dari satu sisi, dari sisi lain secara logis dan
aqliyyah kemutlakan eksistensi tuhan bisa dibuktikan. Alasan umum yang sering
dipakai oleh kalangan pengingkar tuhan adalah kenyataan bahwa tuhan tidak bisa
diindera, tidak bisa dilihat dan didengar. Bagaimana mungkin saya yakin Dia ada
sementara saya tidak melihatNya?, inilah pertanyaan yang sering dimunculkan.
Menjawab pertanyaan ini, perlu dipahami bahwa keberadaan sesuatu tidak hanya
bisa dibuktikan secara inderawi yang kemudian kita sebut dengan kebenaran inderawi.
Kebenaran inderawi ini mengharuskan adanya penginderaan secara langsung
terhadap objek yang hendak dibenarkan. Sehingga eksistensi tuhan tidak bisa
dibuktikan dengan timbangan kebenaran inderawi. Tetapi keberadaan tuhan bisa
dibuktikan dengan timbangan kebenaran yang lain. Hal ini karena banyak hal bisa
diyakini keberadaanya tanpa harus penginderaan secara langsung terhadapa objek
yang hendak diyakini tersebut, tetapi akal mengakuinya. Sebagai contoh, ketika
anda meyakini bahwa baju yang melekat
ditubuh anda pasti dibuat oleh seseorang, anda tidak harus mengindera langsung
orang tersebut saat itu, tetapi akal menerima dan tidak mungkin mengingkarinya,
begitu pula keyakinan anda bahwa seseorang telah lewat ditempat ini karena
adanya bekas kaki, tidak mengharuskan anda mengindera orang tersebut secara
langsung, tetapi akal menerima dan tidak mungkin mengingkarinya. Kebenaran
inilah yang biasa kita sebut dengan kebenaran logika. Timbangan kebenaran
semacam ini yang dipakai untuk membuktikan kebenaran eksistensi tuhan.
Memang benar tuhan tidak bisa dindera dan itu mustahil
dilakukan. Akan tetapi ketidak mampuan mengindera tuhan tidaklah menunjukan
bahwa tuhan itu tidak ada. Ketidak mampuan mengindera tuhan itu tidak lain
karena keterbatasan indera untuk menjangkau zatNya bukan karena zatNya tidak
ada. Seperti ketika anda tidak mampu melihat sesuatu dibalik tembok yang ada di
hadapan anda, tidak berarti bahwa tidak ada sesuatu dibalik tembok tersebut.
Ketidakmampuan anda menjangkau sesuatu dibalik tembok melalui indera
penglihatan anda, bukan karena sesuatu tidak ada dibalik tembok, tetapi karena
indera penglihatan anda itu terbatas sehingga tidak mampu menjangkaunya. Hal
ini juga berlaku untuk indera pendengaran dan yang lainnya. Karena itu tidak
logis jika dikatakan bahwa tuhan tidak ada karena indera tidak mampu
menjangkauNya.
Kalau begitu bagaimana membuktikan keberadaan tuhan
dengan menggunakan timbangan kebenaran logika?. Semua orang sepakat bahwa akal
manusia mengakui dan mustahil mengingkari adanya hukum kausalitas yang tidak
lain adalah konsekuensi logika manusia. Hukum kausalitas menyatakan bahwa suatu
akibat mewajibkan adanya sebab, dimana tidak mungkin sesuatu terjadi tanpa
adanya sebab. Semua realitas yang kita saksikan sekarang ini tanpa terkecuali
berjalan berdasarkan hukum kausalitas. Rumah anda adalah realitas akibat,
begitu juga baju anda, mobil anda, kampus anda dan semua yang anda saksikan
termasuk alam semesta adalah realitas akibat. Artinya keberadaan realitas yang
anda saksikan termasuk alam semesta mustahil berdiri sendiri tanpa penyebab.
Kalau baju anda adalah realitas, maka penyebab eksistensinya adalah penjahit.
Kalau alam semesta adalah realitas, maka penyebab eksistensinya adalah pencipta
yang kita sebut dengan sebutan tuhan. Tetapi kalangan pengingkar tuhan
memberikan bantahan bahwa contoh adanya rumah menunjukan adanya kuli, adanya
baju menunjukkan adanya penjahit dan begitu seterusnya tidak bisa dijadikan
contoh untuk mengakui adanya tuhan. Pasalnya pengakuan kita tentang adanya kuli
membangun rumah dan penjahit membuat baju, tidak lepas karena adanya pengalaman
sebelumnya pernah melihat kuli membangun rumah dan penjahit membuat baju,
sementara tidak ada pengalaman pernah melihat tuhan menciptakan alam semesta.
Kalau bantahan mereka benar maka alasan adanya “pengalaman pernah melihat “ seperti yang
mereka katakan itu harus bersifat konsisten dan berlaku untuk semua contoh
kasus. Tetapi tampaknya anggapan mereka tidak konsisten untuk contoh kasus
berikut.” Disebuah pegunungan hutan yang
lebat terdapat suku baduwi yang sangat jauh dari perkotaan, sehingga mereka
tidak pernah mengetahui kondisi kota dan kemajuan teknologi yang ada disana. Suatu
hari rombongan pencinta alam dari kota melakukan perjalanan alam disekitar
pegunungan hutan tempat orang baduwi tinggal. Salah seorang dari anggota
rombongan meninggallkan HPnya dihutan, saat rombongan itu berlalu ada seorang baduwi
menemukan HP itu , kemudian orang baduwi tersebut berkata bahwa HP itu telah
tercipta dengan sendirinya “. Kalau alasan kalangan pengingkar tuhan yaitu
“ pengalaman pernah melihat “ adalah
benar, maka perkataan orang baduwi tadi adalah benar. Pasalanya orang baduwi
tersebut tidak punya pengalaman pernah melihat HP dibuat oleh manusia.
Pertanyaannya adalah mungkinkah kalangan pengingkar tuhan menerima perkataan orang
baduwi tersebut dengan alasan “ pengalaman
pernah malihat” ?. Siapapun yang berakal waras, tidak mungkin membenarkan
perkataan seorang baduwi tadi. Disilah keinkonsistenan alasan para pengingkar
tuhan, karena itu alasan mereka tersebut tidak bisa dibenarkan. Sebenarnya
pengakuan adanya penyebab dari sebuah realitas bukan karena alasan “ pengalaman pernah melihat “ melainkan
karena sebuah kesimpulan yang pasti dari logika murni yang kita sebut dengan
paham kausalitas. Karena itu, dengan paham kausalitas menunjukkan secara pasti
dan meyakinkan bahwa tuhan itu ada.
Alasan lain selain kausalitas yang menjadi bukti
aqliyyah keberadaan tuhan adalah alasan keteraturan dan desain sempurnah alam
semesta dan semua isinya seperti manusia, binatang dan tumbuhan. Sangatlah
mustahil akal menafikan adanya pengaruh faktor luar terhadap sebuah keteraturan
dan desain. Artinya sebuah keteraturan dan desain tidak mungkin terwujud dengan
sendirinya, tanpa faktor luar yang mempengaruhi terwujudnya. Ketika anda
melihat sebuah istana dengan bangunan yang megah nan teratur, dilengkapi dengan
taman dan air mancur yang mempesona, logiskah jika anda menganggap semua
keteraturan itu terwujud dengan sendirinya?. Begitu pula setiap kali anda
melihat sebuah desain yang canggih seperti mobil, pesawat, komputer, robot dan
lain- lain, mungkinkah anda menganggap semua desain canggih itu terwujud dengan
sendirinya?. Jawabannya adalah tidak logis dan tidak mungkin. Semua keteraturan
dan desain canggih tadi terwujud karena ada faktor luar yang mewujudkannya
yaitu kecerdasan manusia atau manusia itu sendiri. Kalau begitu, tidak ada
alasan logis untuk menafikan adanya faktor luar yang mewujudkan sebuah
keteraturan maha dahsyat dan desain sempurnah alam semesta dan apa yang ada di
dalamnya. Faktor luar diluar alam semesta tersebut tidak lain dan tidak bukan
adalah kekuatan tuhan atau tuhan itu sendiri.
Contoh dekat untuk penjelasan diatas adalah desain
sempurnah manusia yang kemudian menjadi inspirasi pembuatan robot. Saya tidak
ingin menjelaskan detail bagaimana desain sempurnah manusia secara biologis.
Tapi ada sisi lain dari penciptaan manusia yang membuat saya lebih yakin akan
adanya faktor luar tersebut yaitu ketika manusia tercipta di dalam janin
kandungan ibu yang sangat gelap, sang janin tersebut sama sekali tidak pernah menyaksikan
kondisi dunia luar, sehingga membuat saya bertanya yaitu dari mana sang janin
tahu kalau kaki kelak akan sangat dibutuhkan oleh sang calon manusia untuk
berjalan di dunia luar, yang kemudian sang janin membentuk kaki?. Dari mana
sang janin tahu kalau mata, hidung, mulut, dan semua organ yang lain kelak akan
sangat dibutuhkan oleh sang calon manusia di dunia luar, yang kemudian sang
janin membentuk semuanya, semantara janin tersebut tidak pernah menyaksikan
dunia luar?. Hal ini sangat sulit dijawab kecuali jika kita mau mengakui adanya
faktor luar yang mendesain semuanya, dan faktor luar tersebut adalah tuhan.
Semua penjelasan ini menunjukkan dengan sangat jelas bahwa keteraturan dan
desain sempurnah alam semesta dan semua isinya mewajibkan adanya pengatur dan
pendesain yaitu tuhan.
Masih menurut kalangan pengingkar tuhan, menurut
mereka bahwa tuhan adalah ide bukan realitas, manusialah yang menciptakan
tuhannya sendiri dalam pikirannya. Kebanyakan orang barat sekuler menerima
anggapan ini dan menganggapnya sebagai ide positif, karena berdampak positif
terhadap moral manusia. Tetapi tetap saja mereka tidak mengakui kalau tuhan
adalah sebuah realitas yang berwujud. Bedanya dengan orang komunis adalah bahwa
orang komunis menganggap ide tentang tuhan atau agama itu sendiri adalah
penyakit yang menghambat kemajuan. Menjawab anggapan mereka ini, perlu
diketahui bahwa anggapan mereka itu muncul karena dari awal mereka sudah
mengingkari keberadaan tuhan yang sebelumnya telah kami bantah. Sesungguhnya anggapan
mereka bahwa tuhan hanyalah ide semata dan bukan realitas sangatlah tidak logis
dan mudah dibantah. Pasalnya, alam semesta dan semua isinya adalah realitas
yang tidak mungkin tercipta atau diciptakan kecuali oleh realitas juga.
Sangatlah tidak logis jika akibat yang terindera dan realistis muncul dari
sebab yang tidak realistis alias ide. Mungkinkah mobil terwujud hanya karena
sebuah ide tanpa sebab dan proses fisik?. Sebuah ide tidak mungkin menghasilkan
wujud fisik apa-apa tanpa adanya sebab fisik. Ketika anda berfikir saya harus
membangun rumah tetapi tanpa usaha dan sebab fisik, mungkinkan pikiran anda itu
akan menghasilkan rumah?. Nah dari sinilah kita memahami dengan mudah bahwa
tuhan adalah realitas dan bukan ide, karena alam semesta adalah realitas yang
mustahil tercipta kecuali jika tuhan adalah realitas. Dia ada meskipun akal
tidak mampu menjangkau zatNya tetapi akal mampu menjangkau eksistensiNya.
Kalau akal mampu membuktikan eksistensi tuhan, maka
demikian pula akal mampu memahami sifat tuhan yang berhubungan dengan
eksistensinya bukan sifat yang berhubungan dengan zatNya. Diantara sifat tuhan
tersebut adalah;
1.
Tuhan itu azali.
Maksudnya adalah tuhan tidak berawal
dan tidak berakhir. Ada satu pertanyaan yang menarik yaitu kalau materi di alam
semesta terikat dengan hukum kausalitas, maka apakah tuhan juga seperti demikian?.
Kalau tuhan terikat dengan kausalitas maka berarti Dia tidak layak disebut
tuhan karena Dia juga tercipta. Kalau begitu siapakah yang paling pertama ada? Jawabanya
tidak ada, kalau tuhan harus terikat dengan kausalitas. Karena itu secara pasti
tidaklah logis jika tuhan harus terikat dengan kausalitas, sementara kita telah
mengakui keberadaanNya dengan pasti. Dengan kata lain tuhan tidaklah berawal. Begitu
pula tuhan tidaklah berakhir, karena tuhan tidak terikat dan tidak bergantung
kepada apapun sebab semua yang wujud terikat dan bergantung kepadaNya.
2.
Tuhan tidak terbatas.
Jika tuhan adalah zat yang paling
awal yang mengawali segala sesuatu yang wujud, maka keberadaan segala sesuatu
yang wujud tersebut pasti terikat dan bergantung kepadaNya, karena sesuatu yang
wujud tersebut tidak mungkin mewujudkan dirinya sendiri. Kalau begitu maka
tuhan tidak mungkin terikat dan dibatasi oleh apapun, karena Dialah yang
mengikat dan membatasi. Hal ini menunjukkan dengan pasti bahwa tuhan tidaklah
terbatas dalam kekuasaanNya, penciptaanNya dan ilmuNya.
3.
Tuhan itu esa.
Semua benda yang kita saksikan di
alam semesta ini baik itu manusia, binatang, tumbuhan, bumi, planet, matahari,
bulan, bintang dan semua yang ada di alam semesta adalah satu kesatuan sistem
yang tidak terpisah satu sama lain. Bisa dikatakan bahwa kesemuanya berada
dalam satu ruang sistem yang disebut alam semesta. Hal ini bisa dipahami dengan
mengatakan bahwa manusia, binatang dan tumbuhan muncul dari bumi, sementara
bumi bagian dari dan terikat dengan sistem tata surya, sementara tata surya
bagian dari dan terikat dengan sistem galaksi, sementara semua galaksi itu
identik dan berada dalam satu ruang dan sistem alam semesta. Menurut teori alam
semesta yang diakui di abad modern ini bahwa semua benda yang ada di alam semesta lahir dari satu
ledakan yang disebut bigbang. Ini
berarti bahwa tuhan bagi alam semesta adalah satu. Tuhan bagi bumi, Dia juga tuhan bagi langit
dan juga bagi semuanya, karena semuanya lahir dan berada dalam satu kendali dan
kehendak. Hal ini sangat jauh berbeda dengan sebagian kepercayaan agama yang
menganggap bahwa tuhan bagi langit bukan tuhan bagi bumi. Mereka menyebutnya
tuhan langit, tuhan bumi dan tuhan bagi yang lain, kesemuanya adalah pribadi
yangberbeda.
4.
Tuhan tidak sama dengan makhluk
Kenyataan bahwa makhluk tercipta
menunjukan kalau makhluk berawal dan berakhir. Sementara kenyataan bahwa tuhan
berdiri sendiri, tidak terikat dan tidak bergantung kepada apapun menunjukan
dengan pasti kalau tuhan itu azali. KeberadaanNya tidak membutuhkan apapun,
sementara keberadaan makhluk membutuhkan sesuatu. Karena itu mustahil tuhan membutuhkan makan dan minum
sebagaimana makhluk, begitu pula mustahil membutuhkan tidur dan istrahat, juga
mustahil membutuhkan ayah, ibu, istri dan anak. Semua sifat butuh tersebut
menunjukkan kelemahan dan keterbatasan yang tidak lain adalah sifat makhluk,
dimana tuhan jauh dan suci dari semua itu. Hal ini menunjukkan dengan jelas dan
pasti bahwa tuhan berbeda dengan makhluknya. Karena itu upaya menyerupakan
tuhan dengan makhluk adalah tindakan yang jauh dari akal sehat.
5.
Tuhan tidak memiliki sekutu
Sebagaimana penjelasan diatas,
kesemuanya menunjukkan dengan jelas bahwa tuhan itu azali, berdiri sendiri,
tidak terbatas, tidak bergantung, berkuasa dan berkehendak mutlak, serta tidak
membutuhkan. Kalau demikian, apakah masih logis jika mengatakan tuhan
membutuhkan sekutu?. Tentu tidak, Karena itu tuhan mustahil memiliki
sekutu dalam ketuhananNya.
Meskipun akal mampu menjangkau eksistensi tuhan dan
menjangkau beberapa sifat tuhan yang berhubungan dengan eksistensiNya, tetapi
akal mustahil menjangkau zat tuhan dan menjangkau sifat tuhan yang berhubungan
dengan zatNya. Hal ini karena indera tidak mampu menjangkau zat tuhan, sehingga
tidak ada alasan bagi akal untuk memahami dan menggabarkan tuhan bagaimana
bentukNya, seperti apa rupaNya. Segala upaya untuk menggambarkan tuhan adalah
tindakan yang tidak logis dan tidak realistis. Kita harus menerima kenyataan
bahwa indera itu terbatas tidak mampu menjangkau zatNya, bukan justru bertindak
sangat berlebihan dengan memaksakan diri memahami zat tuhan dengan cara
menghayalkannNya. Kesalahan semacam ini tampaknya ada disetiap kepercayaan agama
kecuali Islam. Hal ini semakin jelas menunjukkan kerusakan teologi agama-agama
tersebut karena sangat tidak realistis.
Upaya untuk mengkhayalkan sesuatu akan sangat
dipengaruhi oleh suasana dan kondisi daerah domisili. Orang India ketika
menghayalkan sesuatu akan dipengaruhi oleh kondisi daerahnya, begitu pula orang
Cina dan yang lainnya akan dipengaruhi oleh kondisi daerahnya. Maka wajar jika
tuhan Hindu digambarkan seperti orang India, begitu pula tuhan Budha
digambarkan seperti orang Cina. Memangnya tuhan itu orang India? Ataukah tuhan
itu orang Cina?, sungguh sangat tidak logis. Karena itu segala upaya untuk
menggambarkan tuhan harus dijauhi karena upaya tersebut adalah tindakan yang
menyimpang dan berlebihan serta faktor pertama yang merusak teologi.
Kenyataan bahwa akal tidak mampu menjangkau zat tuhan
menunjukan kalau akal mustahil mengetahui apa sebutanNya, apa-apa yang
diridhaiNya dan apa-apa yang dimurkaiNya serta seperti apa ajaranNya. Karena
itu akal bukanlah jalan satu-satunya untuk mengenal tuhan lebih jauh.
Diperlukan perkenalan tuhan kepada umat manusia dengan jalan wahyu. Hal ini
menunjukkan dengan pasti bahwa akal membutuhkan wahyu yang selanjutnya
membutuhkan para penyampai wahyu tuhan yang kita kenal dengan sebutan nabi dan
rasul. Karena itu kebutuhan manusia kepada wahyu atau kitab suci dan para nabi
adalah mutlak dan logis. Melalui kitab suci dan para nabi itulah, umat manusia
akan lebih mengenal tuhannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar