Minggu, 09 Desember 2012

MENGENAL TUHAN


MENGENAL TUHAN
                                                                                                                                      by IFUL (Adikku) 
Pembahasan tentang tuhan telah mengundang banyak perdebatan dikalangan yang mengatasnamakan dirinya sebagai pemikir. Diantara mereka ada yang menyakini adanya tuhan, sementara yang lain mengingkariNya. Masing- masing mereka memiliki argumentasi yang dibangun berdasarkan penalaran yang dipandang logis. Sementara itu, ada juga kalangan yang meyakini tuhan secara mentah- mentah dengan menghindari argumentasi  aqliyyah dan mengutamakan taklid yang bersifat naqliyyah. Pembahasan tentang tuhan memang sungguh sangat menentukan sikap dan moral manusia.  Bisa dikatakan dengan pasti bahwa sikap orang yang meyakini tuhan akan berbeda dengan sikap orang yang mengingkariNya. Orang yang menyakini tuhan tentu akan memandang bahwa kehidupan dunia bukanlah satu- satunya dan nilai materi juga bukanlah satu- satunya. Mereka mengenal nilai- nilai lain selain materi yaitu spiritual dan kebaikan, mereka juga memiliki sandaran tempat mengembalikan masalah ketika mereka bingung dan resah mencari solusi yang sulit didapat dari berbagai masalah kehidupan yang pelit, sehingga mereka akan memiliki obat yang bisa menenangkan jiwa. Mereka juga akan lebih mengenal kasih sayang, ketulusan dan kesabaran.Hal ini berbeda dengan orang yang mengingkari tuhan, mereka hanya mengenal nilai materi saja dan membangun segala aktivitasnya diatas asas manfaat materi, karena itu mereka akan cenderung mengabaikan nilai kebaikan dan kasih sayang karena tidak berdampak langsung kepada manfaat materi. Mereka tidak mengenal rasa kepedulian kepada sesama, juga tidak mengenal ketulusan dan kebaikan- kebaikan lainnya. Mereka juga tidak memiliki sandaran yang bisa mengobati keresahan jiwa di saat mereka menghadapi masalah kehidupan yang sangat pelit dan bahkan mungkin mengakhiri jiwa menjadi solusi ketika keresahan sudah semakin manjadi- jadi.
Terlepas dari keyakinan siapakah yang benar, kita harus jujur bahwa kehidupan manusia secara kolektif membutuhkan nilai-nilai kebaikan seperti keadilan, kepedulian, kebijaksanaan, ketulusan dan lain- lain. Anda pasti membutuhkan keadilan tatkala anda di pihak yang dizalimi, anda pasti membutukan kepedulian tatkala anda susah, anda pasti membutuhkan kebijaksanaan tatkala anda menghadapi hal sulit, begitu pula anda membutuhkan kebaikan- kebaikan lain. Karena itu sangatlah mustahil untuk menafikan nilai- nilai kebaikan dalam kehidupan manusia, sebab manusia membutuhkannya. Akan tetapi perlu dipahami bahwa nilai- nilai kebaikan tadi sulit diwujudkan tanpa nilai spiritual yang menyertainya, karena kita akan dihadapkan kepada satu pertanyaan yaitu untuk apa saya peduli, bijaksana, tulus, adil dan berbuat baik kalau semua itu tidak mendatangkan manfaat materi kepada saya?. Nah, disinilah perlunya dan dibutuhkannya nilai spritual yang membangun nilai- nilai kebaikan tersebut.
Karena kehidupan membutuhkan kebaikan dan kebaikan hanya mungkin lestari dengan spiritual, maka kebaikan dan spiritual adalah mutlak ada dalam kehidupan manusia. Bisa dikatakan bahwa pengingkaran terhadap tuhan hanya akan membawa martabat manusia seperti binatang yang jauh dari keharmonisan dan kasih sayang. Akibatnya manusia akan cenderung saling menindas dan mengabaikan hak- hak sesama, karena yang penting adalah tercapainya manfaat materi yang individualis. Hal ini secara historis terbukti ketika komunis yang ateis menjadi ideologi sebuah negara yang saat itu berpusat di Rusia. Sejarah mencatat bahwa saat itu banyak penindasan, pembunuhan, perampasan hak dan kejahatan yang sangat tidak berprikemanusiaan yang dilakukan oleh negara. Bukan saja di zaman komunis, pada saat sekarang pun keharmonisan kehidupan manusia adalah barang langka yang sulit terwujud. Sikap individualis yang mengabaikan hak dan kepentingan sesama sudah menjadi budaya, moral agung yang penuh kasih sudah kehilangan tempatnya, budaya hedonis sudah mengakar hampir di setiap lapisan masyarakat, pergaulan bebas bak binatang sudah menjadi hobi, kejujuran dan amanah dianggap barang asing yang tidak laku lagi. Kesemua itu terjadi karena tuhan sudah kehilangan tempat dihati manusia. Berdasarkan semua penjelasan ini, dapat disimpulkan bahwa kehidupan yang baik membutuhkan tuhan, sementara pengingkaran terhadapNya hanya akan menciptakan kehidupan yang buruk dan mengerikan. Karena itu sebenarnya ide pengingkaran tuhan tidak relevan dan tidak cocok untuk kehidupan manusia.
Itu dari satu sisi, dari sisi lain secara logis dan aqliyyah kemutlakan eksistensi tuhan bisa dibuktikan. Alasan umum yang sering dipakai oleh kalangan pengingkar tuhan adalah kenyataan bahwa tuhan tidak bisa diindera, tidak bisa dilihat dan didengar. Bagaimana mungkin saya yakin Dia ada sementara saya tidak melihatNya?, inilah pertanyaan yang sering dimunculkan. Menjawab pertanyaan ini, perlu dipahami bahwa keberadaan sesuatu tidak hanya bisa dibuktikan secara inderawi yang kemudian kita sebut dengan kebenaran inderawi. Kebenaran inderawi ini mengharuskan adanya penginderaan secara langsung terhadap objek yang hendak dibenarkan. Sehingga eksistensi tuhan tidak bisa dibuktikan dengan timbangan kebenaran inderawi. Tetapi keberadaan tuhan bisa dibuktikan dengan timbangan kebenaran yang lain. Hal ini karena banyak hal bisa diyakini keberadaanya tanpa harus penginderaan secara langsung terhadapa objek yang hendak diyakini tersebut, tetapi akal mengakuinya. Sebagai contoh, ketika anda meyakini bahwa baju  yang melekat ditubuh anda pasti dibuat oleh seseorang, anda tidak harus mengindera langsung orang tersebut saat itu, tetapi akal menerima dan tidak mungkin mengingkarinya, begitu pula keyakinan anda bahwa seseorang telah lewat ditempat ini karena adanya bekas kaki, tidak mengharuskan anda mengindera orang tersebut secara langsung, tetapi akal menerima dan tidak mungkin mengingkarinya. Kebenaran inilah yang biasa kita sebut dengan kebenaran logika. Timbangan kebenaran semacam ini yang dipakai untuk membuktikan kebenaran eksistensi tuhan.
Memang benar tuhan tidak bisa dindera dan itu mustahil dilakukan. Akan tetapi ketidak mampuan mengindera tuhan tidaklah menunjukan bahwa tuhan itu tidak ada. Ketidak mampuan mengindera tuhan itu tidak lain karena keterbatasan indera untuk menjangkau zatNya bukan karena zatNya tidak ada. Seperti ketika anda tidak mampu melihat sesuatu dibalik tembok yang ada di hadapan anda, tidak berarti bahwa tidak ada sesuatu dibalik tembok tersebut. Ketidakmampuan anda menjangkau sesuatu dibalik tembok melalui indera penglihatan anda, bukan karena sesuatu tidak ada dibalik tembok, tetapi karena indera penglihatan anda itu terbatas sehingga tidak mampu menjangkaunya. Hal ini juga berlaku untuk indera pendengaran dan yang lainnya. Karena itu tidak logis jika dikatakan bahwa tuhan tidak ada karena indera tidak mampu menjangkauNya.
Kalau begitu bagaimana membuktikan keberadaan tuhan dengan menggunakan timbangan kebenaran logika?. Semua orang sepakat bahwa akal manusia mengakui dan mustahil mengingkari adanya hukum kausalitas yang tidak lain adalah konsekuensi logika manusia. Hukum kausalitas menyatakan bahwa suatu akibat mewajibkan adanya sebab, dimana tidak mungkin sesuatu terjadi tanpa adanya sebab. Semua realitas yang kita saksikan sekarang ini tanpa terkecuali berjalan berdasarkan hukum kausalitas. Rumah anda adalah realitas akibat, begitu juga baju anda, mobil anda, kampus anda dan semua yang anda saksikan termasuk alam semesta adalah realitas akibat. Artinya keberadaan realitas yang anda saksikan termasuk alam semesta mustahil berdiri sendiri tanpa penyebab. Kalau baju anda adalah realitas, maka penyebab eksistensinya adalah penjahit. Kalau alam semesta adalah realitas, maka penyebab eksistensinya adalah pencipta yang kita sebut dengan sebutan tuhan. Tetapi kalangan pengingkar tuhan memberikan bantahan bahwa contoh adanya rumah menunjukan adanya kuli, adanya baju menunjukkan adanya penjahit dan begitu seterusnya tidak bisa dijadikan contoh untuk mengakui adanya tuhan. Pasalnya pengakuan kita tentang adanya kuli membangun rumah dan penjahit membuat baju, tidak lepas karena adanya pengalaman sebelumnya pernah melihat kuli membangun rumah dan penjahit membuat baju, sementara tidak ada pengalaman pernah melihat tuhan menciptakan alam semesta.
Kalau bantahan mereka benar maka alasan adanya “pengalaman pernah melihat “ seperti yang mereka katakan itu harus bersifat konsisten dan berlaku untuk semua contoh kasus. Tetapi tampaknya anggapan mereka tidak konsisten untuk contoh kasus berikut.” Disebuah pegunungan hutan yang lebat terdapat suku baduwi yang sangat jauh dari perkotaan, sehingga mereka tidak pernah mengetahui kondisi kota dan kemajuan teknologi yang ada disana. Suatu hari rombongan pencinta alam dari kota melakukan perjalanan alam disekitar pegunungan hutan tempat orang baduwi tinggal. Salah seorang dari anggota rombongan meninggallkan HPnya dihutan, saat rombongan itu berlalu ada seorang baduwi menemukan HP itu , kemudian orang baduwi tersebut berkata bahwa HP itu telah tercipta dengan sendirinya “. Kalau alasan kalangan pengingkar tuhan yaitu “ pengalaman pernah melihat “ adalah benar, maka perkataan orang baduwi tadi adalah benar. Pasalanya orang baduwi tersebut tidak punya pengalaman pernah melihat HP dibuat oleh manusia. Pertanyaannya adalah mungkinkah kalangan pengingkar tuhan menerima perkataan orang baduwi tersebut dengan alasan “ pengalaman pernah malihat” ?. Siapapun yang berakal waras, tidak mungkin membenarkan perkataan seorang baduwi tadi. Disilah keinkonsistenan alasan para pengingkar tuhan, karena itu alasan mereka tersebut tidak bisa dibenarkan. Sebenarnya pengakuan adanya penyebab dari sebuah realitas bukan karena alasan “ pengalaman pernah melihat “ melainkan karena sebuah kesimpulan yang pasti dari logika murni yang kita sebut dengan paham kausalitas. Karena itu, dengan paham kausalitas menunjukkan secara pasti dan meyakinkan bahwa tuhan itu ada.
Alasan lain selain kausalitas yang menjadi bukti aqliyyah keberadaan tuhan adalah alasan keteraturan dan desain sempurnah alam semesta dan semua isinya seperti manusia, binatang dan tumbuhan. Sangatlah mustahil akal menafikan adanya pengaruh faktor luar terhadap sebuah keteraturan dan desain. Artinya sebuah keteraturan dan desain tidak mungkin terwujud dengan sendirinya, tanpa faktor luar yang mempengaruhi terwujudnya. Ketika anda melihat sebuah istana dengan bangunan yang megah nan teratur, dilengkapi dengan taman dan air mancur yang mempesona, logiskah jika anda menganggap semua keteraturan itu terwujud dengan sendirinya?. Begitu pula setiap kali anda melihat sebuah desain yang canggih seperti mobil, pesawat, komputer, robot dan lain- lain, mungkinkah anda menganggap semua desain canggih itu terwujud dengan sendirinya?. Jawabannya adalah tidak logis dan tidak mungkin. Semua keteraturan dan desain canggih tadi terwujud karena ada faktor luar yang mewujudkannya yaitu kecerdasan manusia atau manusia itu sendiri. Kalau begitu, tidak ada alasan logis untuk menafikan adanya faktor luar yang mewujudkan sebuah keteraturan maha dahsyat dan desain sempurnah alam semesta dan apa yang ada di dalamnya. Faktor luar diluar alam semesta tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah kekuatan tuhan atau tuhan itu sendiri.
Contoh dekat untuk penjelasan diatas adalah desain sempurnah manusia yang kemudian menjadi inspirasi pembuatan robot. Saya tidak ingin menjelaskan detail bagaimana desain sempurnah manusia secara biologis. Tapi ada sisi lain dari penciptaan manusia yang membuat saya lebih yakin akan adanya faktor luar tersebut yaitu ketika manusia tercipta di dalam janin kandungan ibu yang sangat gelap, sang janin tersebut sama sekali tidak pernah menyaksikan kondisi dunia luar, sehingga membuat saya bertanya yaitu dari mana sang janin tahu kalau kaki kelak akan sangat dibutuhkan oleh sang calon manusia untuk berjalan di dunia luar, yang kemudian sang janin membentuk kaki?. Dari mana sang janin tahu kalau mata, hidung, mulut, dan semua organ yang lain kelak akan sangat dibutuhkan oleh sang calon manusia di dunia luar, yang kemudian sang janin membentuk semuanya, semantara janin tersebut tidak pernah menyaksikan dunia luar?. Hal ini sangat sulit dijawab kecuali jika kita mau mengakui adanya faktor luar yang mendesain semuanya, dan faktor luar tersebut adalah tuhan. Semua penjelasan ini menunjukkan dengan sangat jelas bahwa keteraturan dan desain sempurnah alam semesta dan semua isinya mewajibkan adanya pengatur dan pendesain yaitu tuhan.
Masih menurut kalangan pengingkar tuhan, menurut mereka bahwa tuhan adalah ide bukan realitas, manusialah yang menciptakan tuhannya sendiri dalam pikirannya. Kebanyakan orang barat sekuler menerima anggapan ini dan menganggapnya sebagai ide positif, karena berdampak positif terhadap moral manusia. Tetapi tetap saja mereka tidak mengakui kalau tuhan adalah sebuah realitas yang berwujud. Bedanya dengan orang komunis adalah bahwa orang komunis menganggap ide tentang tuhan atau agama itu sendiri adalah penyakit yang menghambat kemajuan. Menjawab anggapan mereka ini, perlu diketahui bahwa anggapan mereka itu muncul karena dari awal mereka sudah mengingkari keberadaan tuhan yang sebelumnya telah kami bantah. Sesungguhnya anggapan mereka bahwa tuhan hanyalah ide semata dan bukan realitas sangatlah tidak logis dan mudah dibantah. Pasalnya, alam semesta dan semua isinya adalah realitas yang tidak mungkin tercipta atau diciptakan kecuali oleh realitas juga. Sangatlah tidak logis jika akibat yang terindera dan realistis muncul dari sebab yang tidak realistis alias ide. Mungkinkah mobil terwujud hanya karena sebuah ide tanpa sebab dan proses fisik?. Sebuah ide tidak mungkin menghasilkan wujud fisik apa-apa tanpa adanya sebab fisik. Ketika anda berfikir saya harus membangun rumah tetapi tanpa usaha dan sebab fisik, mungkinkan pikiran anda itu akan menghasilkan rumah?. Nah dari sinilah kita memahami dengan mudah bahwa tuhan adalah realitas dan bukan ide, karena alam semesta adalah realitas yang mustahil tercipta kecuali jika tuhan adalah realitas. Dia ada meskipun akal tidak mampu menjangkau zatNya tetapi akal mampu menjangkau eksistensiNya.
Kalau akal mampu membuktikan eksistensi tuhan, maka demikian pula akal mampu memahami sifat tuhan yang berhubungan dengan eksistensinya bukan sifat yang berhubungan dengan zatNya. Diantara sifat tuhan tersebut adalah;
1.      Tuhan itu azali.
Maksudnya adalah tuhan tidak berawal dan tidak berakhir. Ada satu pertanyaan yang menarik yaitu kalau materi di alam semesta terikat dengan hukum kausalitas, maka apakah tuhan juga seperti demikian?. Kalau tuhan terikat dengan kausalitas maka berarti Dia tidak layak disebut tuhan karena Dia juga tercipta. Kalau begitu siapakah yang paling pertama ada? Jawabanya tidak ada, kalau tuhan harus terikat dengan kausalitas. Karena itu secara pasti tidaklah logis jika tuhan harus terikat dengan kausalitas, sementara kita telah mengakui keberadaanNya dengan pasti. Dengan kata lain tuhan tidaklah berawal. Begitu pula tuhan tidaklah berakhir, karena tuhan tidak terikat dan tidak bergantung kepada apapun sebab semua yang wujud terikat dan bergantung kepadaNya.
2.      Tuhan tidak terbatas.
Jika tuhan adalah zat yang paling awal yang mengawali segala sesuatu yang wujud, maka keberadaan segala sesuatu yang wujud tersebut pasti terikat dan bergantung kepadaNya, karena sesuatu yang wujud tersebut tidak mungkin mewujudkan dirinya sendiri. Kalau begitu maka tuhan tidak mungkin terikat dan dibatasi oleh apapun, karena Dialah yang mengikat dan membatasi. Hal ini menunjukkan dengan pasti bahwa tuhan tidaklah terbatas dalam kekuasaanNya, penciptaanNya dan ilmuNya.
3.      Tuhan itu esa.
Semua benda yang kita saksikan di alam semesta ini baik itu manusia, binatang, tumbuhan, bumi, planet, matahari, bulan, bintang dan semua yang ada di alam semesta adalah satu kesatuan sistem yang tidak terpisah satu sama lain. Bisa dikatakan bahwa kesemuanya berada dalam satu ruang sistem yang disebut alam semesta. Hal ini bisa dipahami dengan mengatakan bahwa manusia, binatang dan tumbuhan muncul dari bumi, sementara bumi bagian dari dan terikat dengan sistem tata surya, sementara tata surya bagian dari dan terikat dengan sistem galaksi, sementara semua galaksi itu identik dan berada dalam satu ruang dan sistem alam semesta. Menurut teori alam semesta yang diakui di abad modern ini bahwa semua benda yang ada di alam semesta lahir dari satu ledakan yang disebut  bigbang. Ini berarti bahwa tuhan bagi alam semesta adalah satu. Tuhan bagi bumi, Dia juga tuhan bagi langit dan juga bagi semuanya, karena semuanya lahir dan berada dalam satu kendali dan kehendak. Hal ini sangat jauh berbeda dengan sebagian kepercayaan agama yang menganggap bahwa tuhan bagi langit bukan tuhan bagi bumi. Mereka menyebutnya tuhan langit, tuhan bumi dan tuhan bagi yang lain, kesemuanya adalah pribadi yangberbeda.
4.      Tuhan tidak sama dengan makhluk
Kenyataan bahwa makhluk tercipta menunjukan kalau makhluk berawal dan berakhir. Sementara kenyataan bahwa tuhan berdiri sendiri, tidak terikat dan tidak bergantung kepada apapun menunjukan dengan pasti kalau tuhan itu azali. KeberadaanNya tidak membutuhkan apapun, sementara keberadaan makhluk membutuhkan sesuatu. Karena itu mustahil tuhan membutuhkan makan dan minum sebagaimana makhluk, begitu pula mustahil membutuhkan tidur dan istrahat, juga mustahil membutuhkan ayah, ibu, istri dan anak. Semua sifat butuh tersebut menunjukkan kelemahan dan keterbatasan yang tidak lain adalah sifat makhluk, dimana tuhan jauh dan suci dari semua itu. Hal ini menunjukkan dengan jelas dan pasti bahwa tuhan berbeda dengan makhluknya. Karena itu upaya menyerupakan tuhan dengan makhluk adalah tindakan yang jauh dari akal sehat.
5.      Tuhan tidak memiliki sekutu
Sebagaimana penjelasan diatas, kesemuanya menunjukkan dengan jelas bahwa tuhan itu azali, berdiri sendiri, tidak terbatas, tidak bergantung, berkuasa dan berkehendak mutlak, serta tidak membutuhkan. Kalau demikian, apakah masih logis jika mengatakan tuhan membutuhkan sekutu?. Tentu tidak, Karena itu tuhan mustahil memiliki sekutu dalam ketuhananNya.
Meskipun akal mampu menjangkau eksistensi tuhan dan menjangkau beberapa sifat tuhan yang berhubungan dengan eksistensiNya, tetapi akal mustahil menjangkau zat tuhan dan menjangkau sifat tuhan yang berhubungan dengan zatNya. Hal ini karena indera tidak mampu menjangkau zat tuhan, sehingga tidak ada alasan bagi akal untuk memahami dan menggabarkan tuhan bagaimana bentukNya, seperti apa rupaNya. Segala upaya untuk menggambarkan tuhan adalah tindakan yang tidak logis dan tidak realistis. Kita harus menerima kenyataan bahwa indera itu terbatas tidak mampu menjangkau zatNya, bukan justru bertindak sangat berlebihan dengan memaksakan diri memahami zat tuhan dengan cara menghayalkannNya. Kesalahan semacam ini tampaknya ada disetiap kepercayaan agama kecuali Islam. Hal ini semakin jelas menunjukkan kerusakan teologi agama-agama tersebut karena sangat tidak realistis.
Upaya untuk mengkhayalkan sesuatu akan sangat dipengaruhi oleh suasana dan kondisi daerah domisili. Orang India ketika menghayalkan sesuatu akan dipengaruhi oleh kondisi daerahnya, begitu pula orang Cina dan yang lainnya akan dipengaruhi oleh kondisi daerahnya. Maka wajar jika tuhan Hindu digambarkan seperti orang India, begitu pula tuhan Budha digambarkan seperti orang Cina. Memangnya tuhan itu orang India? Ataukah tuhan itu orang Cina?, sungguh sangat tidak logis. Karena itu segala upaya untuk menggambarkan tuhan harus dijauhi karena upaya tersebut adalah tindakan yang menyimpang dan berlebihan serta faktor pertama yang merusak teologi.
Kenyataan bahwa akal tidak mampu menjangkau zat tuhan menunjukan kalau akal mustahil mengetahui apa sebutanNya, apa-apa yang diridhaiNya dan apa-apa yang dimurkaiNya serta seperti apa ajaranNya. Karena itu akal bukanlah jalan satu-satunya untuk mengenal tuhan lebih jauh. Diperlukan perkenalan tuhan kepada umat manusia dengan jalan wahyu. Hal ini menunjukkan dengan pasti bahwa akal membutuhkan wahyu yang selanjutnya membutuhkan para penyampai wahyu tuhan yang kita kenal dengan sebutan nabi dan rasul. Karena itu kebutuhan manusia kepada wahyu atau kitab suci dan para nabi adalah mutlak dan logis. Melalui kitab suci dan para nabi itulah, umat manusia akan lebih mengenal tuhannya.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar